Iklan Header

Asesmen Formatif dalam Kurikulum Merdeka

Asesmen Formatif pada Kurikulum Merdeka - www.gurnulis.id
Penjelasan mengenai asesmen formatif yang termuat pada Modul Ajar Kurikulum Merdeka. Asesmen formatif ditujukan untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta didik, hambatan atau kesulitan yang mereka hadapi, dan juga untuk mendapatkan informasi perkembangan peserta didik.

Halo sahabat Gurnulis, pada kesempatan sebelumnya penulis telah berbagi mengenai jenis-jenis asesmen yang termuat dalam Modul Ajar Kuikulum Merdeka. Nah, pada kesempatan kali ini, penulis hendak mengajak para sahabat pendidik mendalami salah satu jenis asesmennya, yaitu asesmen formati. Yuk, sama-sama kita simak.
 

Pengertian Asesmen Formatif

Apa pengertian dari asesmen formatif? Asesmen formatif merupakan asesmen bertujuan  untuk memantau dan memperbaiki proses pembelajaran, serta mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran. Asesmen ini dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta didik, hambatan atau kesulitan yang mereka hadapi, dan juga untuk mendapatkan informasi perkembangan peserta didik. Informasi tersebut merupakan umpan balik bagi peserta didik dan juga pendidik.
 

Manfaat Asesmen Formatif

Apa manfaat dari asesmen formatif? Sahabat Gurnulis, asesmen foratif memberikan manfaat kepada 2 (dua) sasaran, yaitu bagi peserta didik dan bagi pendidik.

Manfaat Asesmen Formatif bagi Peserta Didik

Bagi peserta didik, asesmen fomatif bermanfaat untuk kegiatan refleksi peserta didik. Dengan  memonitor kemajuan belajar peserta didik, tantangan yang dialami oleh mereka, serta langkah-langkah yang perlu mereka lakukan untuk meningkatkan capaiannya secara keterusan, ini akan menjadi proses belajar yang penting untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Manfaat Asesmen Formatif bagi Pendidik

Bagi pendidik, asesmen formatif bermanfaat untuk merefleksikan strategi pembelajaran yang digunakannya, serta untuk meningkatkan efektivitasnya dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Asesmen ini juga memberikan informasi tentang kebutuhan belajar individu peserta didik yang diajarnya.

Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Merancang Asesmen Formatif

Agar asesmen memberikan manfaat kepada peserta didik maupun pendidik, pendidik perlu memperhatikan hal-hal berikut dalam merancangnya.
  1. Asesmen formatif tidak berisiko tinggi (high stake). Asesmen formatif dirancang untuk tujuan pembelajaran dan tidak seharusnya digunakan untuk menentukan nilai rapor, keputusan kenaikan kelas, kelulusan, atau keputusan-keputusan penting lainnya.
  2. Asesmen formatif dapat menggunakan berbagai teknik dan/ atau instrumen. Suatu asesmen dikategorikan sebagai asesmen formatif apabila tujuannya adalah untuk  meningkatkan kualitas proses belajar.
  3. Asesmen formatif dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga asesmen formatif dan pembelajaran menjadi suatu kesatuan.
  4. Asesmen formatif dapat menggunakan metode yang sederhana, sehingga umpan balik hasil asesmen tersebut dapat diperoleh dengan cepat.
  5. Asesmen formatif yang dilakukan di awal pembelajaran akan memberikan informasi kepada pendidik tentang kesiapan belajar peserta didik. Berdasarkan asesmen ini, pendidik perlu menyesuaikan atau memodifikasi rencana pelaksanaan pembelajarannya dan/ atau membuat diferensiasi pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
  6. Instrumen asesmen yang digunakan dapat memberikan informasi tentang kekuatan, hal-hal yang masih perlu ditingkatkan oleh peserta didik dan mengungkapkan cara untuk meningkatkan kualitas tulisan, karya atau performa yang diberi umpan balik. Dengan demikian, hasil asesmen tidak sekadar sebuah angka. 

Contoh Pelaksanaan Asesmen Formatif pada Kurikulum Merdeka

Bagaimana contoh pelaksanaan asesmen formatif? Dalam Kurikulum Merdeka, berikut contoh-contoh pelaksanaan asesmen formatif.
  • Pendidik memulai kegiatan tatap muka dengan memberikan pertanyaan berkaitan dengan konsep atau topik yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
  • Pendidik mengakhiri kegiatan pembelajaran di kelas dengan meminta peserta didik untuk menuliskan 3 (tiga) hal tentang konsep yang baru mereka pelajari, 2 (dua) hal yang ingin mereka pelajari lebih mendalam, dan 1 (satu) hal yang mereka belum pahami.
  • Kegiatan percobaan dilanjutkan dengan diskusi terkait proses dan hasil percobaan, kemudian pendidik memberikan umpan balik terhadap pemahaman peserta didik.
  • Pendidik memberikan pertanyaan tertulis, kemudian setelah selesai menjawab pertanyaan,  peserta didik diberikan kunci jawabannya sebagai acuan melakukan penilaian diri.
  • Penilaian diri, penilaian antarteman, pemberian umpan balik antar teman dan refleksi. Sebagai contoh, peserta didik diminta untuk menjelaskan secara lisan atau tulisan (misalnya, menulis surat untuk teman) tentang konsep yang baru dipelajari.
  • Pada PAUD, pelaksanaan asesmen formatif dapat dilakukan dengan melakukan observasi terhadap perkembangan anak saat melakukan kegiatan bermain-belajar.
  • Pada pendidikan khusus, pelaksanaan asesmen diagnostik dilakukan untuk menentukan fase pada peserta didik sehingga pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik, misalnya: salah satu peserta didik pada kelas X SMALB (Fase E) berdasarkan hasil asesmen diagnostik berada pada Fase C sehingga pembelajaran peserta didik tersebut tetap mengikuti hasil asesmen diagnostik yaitu Fase C.

Referensi

Bahasan mengenai asesmen formatif pada Kurikulum Merdeka ini bersumber dari panduan pembelajaran dan asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah yang diterbitkan oleh Kemendibudristek. File-nya dapat sahabat Gurnulis unduh pada tautan berikut.
 

Penutup

Demikianlah bahasan mengenai asesmen formatif pada Kurikulum Merdeka ya, sahabat Gurnulis. Salam merdeka belajar. Salam literasi guru ndeso.
Munasifatut Thoifah Guru yang selalu ingin berbagi inspirasi.

Belum ada Komentar untuk "Asesmen Formatif dalam Kurikulum Merdeka"

Posting Komentar

Iklan atas artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan bawah artikel