Iklan Header

Teori Belajar Brownell dalam Matematika SD

Teori Belajar Brownell dalam Matematika SD - www.gurnulis.id
Bahasan mengenai teori belajar Brownell tentang kebermaknaan belajar pada Matematika
Halo sahabat pendidik, masih bersama blog Gurnulis di sini ya. Sudahkah sahabat pendidik membaca teori-teori belajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli, seperti BrunerDienes, maupun Van Hiele? Kalau belum sahabat boleh membuka tautan-tautan tersebut. Pada artikel ini penulis masih merasa antusias untuk membahas teori belajar ya, terutama pada pembelajaran Matematika. Penulis mempunyai bahasan tentang teori belajar Brownell dalam Matematika SD.

Untuk apa sih kita mengkaji teori belajar ini? Tepat sekali, jawabannya adalah untuk meneguhkan proses pembelajaran yang akan dan yang telah kita lakukan di kelas. Suatu pembelajar yang dibangun dalam beberapa pendekatan, model, dan metode didasarkan pada teori-teori belajar. Yuk, langsung saja kita simak sosok Brownell ini.

Sosok Brownell

Brownell yang memiliki nama lengkap William Arthur Brownell, yang lahir pada tahun 1895 dan wafat pada tahun 1977, adalah seorang profesor di Duke. Teori belajarnya terkenal dengan teori belajar bermakna.
Teori Belajar Brownell dalam Matematika SD - www.gurnulis.id

Menurut Brownell, belajar itu pada hakikatnya adalah suatu proses yang bermakna. Ia berpendapat bahwa pembelajaran Matematika harus berupa belajar bermakna dan pengertian.

Proses Belajar dalam Teori Brownell

Dalam keterhubungannya dengan pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, teori belajar Brownel menghasilkan Meaning Theory atau Teori Bermakna sebagai alternatif dari Drill Theory atau Teori Latihan Hafal/Ulangan.

Teori Belajar Drill sebagai Teori Utama

Teori Drill dalam pembelajaran Matematika merupakan teori belajar asosiasi yang dikembangkan oleh Edward L. Thorndike. Menurut teori belajar Drill, belajar merupakan proses pembentukan hubungan antara stimulus dan respon. Menurut hukum dari teori belajar ini, belajar peserta didik akan lebih berhasil apabila jika respon peserta didik terhadap stimulus segera diikuti dengan rasa senang atau kepuasan. Rasa ini akan timbul kalau peserta didik mendapat pujian atau ganjaran. Pujian atau ganjaran ini akan mengantarkan diri peserta didik menuju ke jenjang kesuksesan selanjutnya.

Menurut teori belajar Drill, ikatan antara stimulus atau soal dan respon atau jawaban dapat dicapai oleh peserta didik dengan latihan berupa ulangan atau drill. Dengan kata lain, keterikatan keduanya dapat ditempuh berkat kegiatan menghapal. Inti dari teori belajar Drill dalam pembelajaran Matematika adalah sebagai berikut.
  • Matematika (aritmatika) pada proses belajar mengajar dianalisis sebagai kumpulan fakta atau unsur yang berdiri sendiri dan tidak saling berkaitan.
  • Peserta didik diharuskan menguasai banyak sekali unsur-unsur yang tidak diperhatikan pengertiannya.
  • Peserta didik mempelajari unsur-unsur dalam bentuk seperti yang akan digunakan digunakan nantinya pada kesempatan lain.
  • Peserta didik dianggap mencapai tujuan ini secara efektif dan efisien dengan melakukan pengulangan atau drill.
 
Untuk lebih memperjelas maksud keempat butir teori belajar Drill tersebut, penulis berikan contoh berikut. Teori Drill dalam pengurangan 46 dengan 27.
Teori Belajar Brownell dalam Matematika SD - www.gurnulis.id
Cara membelajarkannya adalah peserta didik diajak untuk memikirkan 7 dan 9 adalah 16. Pada ruas hasil ditulis 9 dan bawa 1 ke angka 2 hingga mengasilkan 3. Setelah itu, pikirkan 3 dengan 1 adalah 4, jadi pada ruas hasil dituliskan 1. Hasil akhirnya adalah angka 1 dan angka 9 atau 19.

Pembuktian kebenaran hasil pengurangan 46 dengan 27 adalah dengan melakukan penjumalah sebagai berikut.
Teori Belajar Brownell dalam Matematika SD - www.gurnulis.id
Cara membelajarkannya adalah dengan mengajak peserta didik memikirkan 9 dengan 7 adalah 16, cukup ditulis 6 dan bawa 1 ke 1 hinga 1 menjadi 2. Setelah itu, peserta didik diajak untuk memikirkan kalau 2 dan 2 adalah 4. Pada akhirnya didapatkan angka 46.

Petunjuk teori belajar Drill pada contoh ini adalah sebagai berikut: dalam pengurangan, jika terdapat bilangan (yang berada di atas sebuah kolom) lebih kecil dari bilangan yang ada di bawahnya, pikirkan sebuah bilangan yang apabila dijumlahkan dengan bilangan di bawahnya tadi menghasilkan bilangan yang berada di atasnya.
 
Dari proses penghitungan dengan teori Drill di atas, ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian  di atas sebagai berikut.
  • Proses "membawa" dalam pengurangan itu terpisah dari unsur-unsur yang sedang dipelajari.
  • Makna dari pengertiannya diabaikan.
  • Peserta didik berpikir seperti orang dewasa yang telah terampil melakukan operasi pengurangan.
  • Keterampilan baru pada proses pengurangan tersebut diperoleh melalui pengulangan secara mekanik dengan menggunakan petunjuk di atas.
 

Keberatan Brownell atas Teori Belajar Drill

Brownell mengemukakan tiga poin keberatan atas teori belajar Drill. Poin-poin tersebut adalah sebagai berikut.
  1. Teori belajar Drill memberikan tugas belajar kepada peserta didik yang sifatnya hampir tidak mungkin untuk dicapai. Berdasarkan hasil penelitiannya, anak yang tahu dengan 3 + 6 = 9 tidak menjamin untuk tahu dengan baik konsep 6 + 3 = 9. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penguasaan konsep 3 + 6 = 9 tidak menjamin terkuasainya konsep 13 + 6 = 19, 23 + 6 = 29, ataupun 43 + 6 = 49, dan seterusnya.
  2. Keberatan kedua berkaitan dengan reaksi yang dihasilkan dari teori belajar Drill. Ketika guru memberikan drill pada keterampilan aritmatika, sang guru beranggapan bahwa peserta didik akan berlatih sebagai bentuk reaksi dari apa yang telah ditentukan. Sebagai contohnya, ketika guru memberikan tugas 4 + 2 = 6 dan 9 - 5 = 4, ia berharap semua peserta didik akan terdiam dan berpikir atau mengucapkan dengan keras kalau empat ditambah dua sama dengan enam dan sembilan dikurangi lima sama dengan empat. Sang Guru meyakini kalau dengan dengan sering mengulangi, akhirnya peserta didik selalu menjawab enam dan empat pada kedua penugasan tersebut. Pada kenyataannya, melalui penelitian Brownell, hanya 40% dari peserta didik yang menjawab benar dalam kasus ini. Kegiatan ini menunjukkan bahwa teori belajar Drill tidak menghasilkan respon otomatis pada kelas 1 dan kelas 2 Sekolah Dasar. Padahal, tugas dan beban belajar mereka relatif lebih sedikit jika dibandingkan dengan kelas-kelas di atasnya.
  3. Teori belajar Drill tidak memadai dari sudut pandang aritmatika sebagai sistem berpikir kuantitatif karena pembelajaran dengan teori belajar Drill tidak menyediakan kegiatan untuk berpikir secara kuantitatif. Agar peserta didik dapat berpikir secara kuantitatif, ia harus mengetahui makna apa yang dipelajarinya. Pengetahuan tentang makna ini tidak pernah menjadi perhatian dari teori belajar Drill yang berupa hapalan.


Teori Makna (Meaning Theory) dalam Teori Belajar Brownell

Berikut adalah ilustrasi pembelajaran Matematika dengan teori makna dari contoh soal di atas.
Teori Belajar Brownell dalam Matematika SD - www.gurnulis.id

Bilangan 46 dimaknai sebagai 40 ditambah 6 dan memiliki kesamaan dengan 30 ditambah 16. Bilangan 27 dimaknai sebagai 20 ditambah 7. Pengurangan dari 46 dengan 27 dimaknai sebagai hasil dari pengurangan 30 terhadap 20 yang kemudian dijumlahkan dengan hasil pengurangan 16 terhadap 7, hingga didapatkan hasil 10 ditambah 19 yang sama dengan 19.

Bilangan 19 dimaknai sebagai 10 ditambah 9 dan bilangan 27 dimaknai sebagai 20 ditambah 7. Penjumlahan dari 19 dan 27 dimaknai sebagai hasil dari penjumlahan 10 dan 20 yang kemudian dijumlahkan dengan hasil penjumlahkan 9 dan 7. Didapatkan 30 + 16 
= 30 + (10 + 6)
= (30 + 10) + 6
= 40 + 6
= 46

Menurut teori belajar Brownell tentang kebermaknaan belajar ini, peserta didik harus memandang makna dari apa yang tengah dipelajarinya karena ini merupakan isu utama dalam pembelajaran Matematika. Teori belajar Brownell mengakui perlunya teori belajar Drill dalam pembelajaran Matematika. Brownell hanya menekankan kalau Drill dapat digunakan apabila peserta didik telah memahami konsep, prinsip, dan proses pembelajaran Matematika.
 
Teori makna dalam teori belajar Brownell memandang Matematika sebagai suatu sistem dan konsep-konsep serta prinsip-prinsip dan proses-proses yang dapat dimengerti. Menurut teori belajar ini, tes belajar untuk mengukur kemampuan kemampuan Matematika bukan semata-mata untuk mengukur kemampuan mekanik peserta didik dalam berhitung saja. Tes belajar harus mengungkapkan kemampuan intelektual peserta didik dalam memaknai bilangan dan kemampuan dalam menghadapi situasi aritmatika dengan pemahaman yang sempurna, baik dari aspek teorinya maupun aspek praktisnya. Peserta didik harus memandang makna dari simbol yang ditulis dan kata yang diucapkannya.
 
Menurut teori belajar Brownell kemampuan dalam mendemonstrasikan operasi-operasi hitung secara mekanis dan otomatis tidaklah cukup. Tujuan utama dari pembelajaran aritmatika adalah untuk mengembangkan kemapuan peserta didik dalam situasi yang kualitatif.
 
Brownell dalam teori belajarnya mengusulkan agar pembelajaran Matematika, terutama pada aritmatika, pada peserta didik dilakukan secara lebih menantang kemampuan berpikir daripada kemampuan mengingatnya. Program aritmatika di Sekolah Dasar harus membahas tentang kepentingan (significance) dan makna (meaning) dari bilangan (number). Kepentingan bilangan (the significance of number) adalah tingkat perlunya bilangan dalam kehidupan sehari-hari manusia. 

Menurut Brownell, signifikansi bilangan bersifat fungsional atau penting dalam keseharian hidup manusia. Menurut teori belajar ini juga, makna bilangan (the meaning of number) itu bersifat intelektual atau matematis sebagai sistem kuantitatif.

Demikianlah ulasan mengenai teori belajar Brownell, ya sahabat pendidik. Semoga menginspirasi.

Salam literasi guru ndeso.
Munasifatut Thoifah Guru yang selalu ingin berbagi inspirasi.

Belum ada Komentar untuk "Teori Belajar Brownell dalam Matematika SD"

Posting Komentar

Iklan atas artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan bawah artikel